Antara Nilai, Orangtua, Anak, Blackpink, dan Shopee.

Belakangan ramai pembicaraan di sosial media mengenai petisi untuk iklan Shopee yang menggunakan brand ambassador terbarunya, Black Pink, muncul di jam tayang acara anak-anak. Melihat beberapa komentar yang beredar bahwa penggunaan Black Pink tidak sesuai dengan nilai dan norma Indonesia, karena cara berpakaian Black Pink dan gaya menarinya yang dianggap tidak sejalan dengan nilai budaya bangsa.
Diantara banyaknya pertanyaan, bahwa protes ini karena jam tayang yang tidak sesuai atau karena gaya berpakaian Black Pink yang tidak sejalan dengan nilai dan dianggap bisa mempengaruhi perkembangan anak Indonesia. Sebelum kita berdebat mengenai apa yang pantas dan tidak pantas, disini saya hanya akan memberikan perspektif mengenai dari mana datangnya nilai-nilai yang ada di diri kita (dan termasuk anak-anak kita) sejauh dari pengetahuan yang saya tahu. Jadi, kalau ada yang lebih tahu dan paham mengenai hal ini, mari kita memperkaya pengetahuan bersama.
Nilai.
Apa sih yang dimaksud Nilai? Nilai adalah sesuatu yang bisa dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan seseorang dihidupnya baik secara sadar maupun tidak. Dan Nilai didapatkan dari pembelajaran dan penyerapan pembelajaran kehidupan kita dari mulai bayi atau bahkan ada yang mengatakan dari dalam kandungan hingga kita dewasa. Nilai seringkali tercermin dalam perilaku maupun pemahaman seseorang terhadap sesuatu, dan bersifat subjektif. Artinya satu nilai bisa jadi memiliki arti yang berbeda untuk seseorang disbanding yang lainnya.
Contohnya Nilai Kesuksesan. Sukses bisa berarti bagi seseorang memiliki status sosial tinggi dan terpandang, sementara bagi yang lain sukses bisa berarti keberhasilan seseorang dalam menyeimbangkan kehidupannya di keluarga dan dunia professional. Nilai yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh pemahaman dan pembelajaran orang tersebut selama tahapan kehidupannya.
Dr. Morris Masse, seorang Sosiolog ternama, mendeskripsikan 3 tahap penting perkembangan dimana nilai-nilai terbentuk:
1. Periode Imprint atau pencetakan.
Dari lahir hingga usia 7 tahun, kita bersifat seperti spons yang menyerap semua yang ada di sekitar kita dan mengadopsinya sebagai kebenaran bagi diri kita, terutama pembelajaran yang kita dapat dari orang tua kita. Biasanya periode peniruan yang sangat berpengaruhh terjadi pada usia 2-4 tahun. Semua kita tiru, baik yang secara sadar diajarkan maupun yang tidak sadar diajarkan oleh orang tua kita. Beberapa pemahaman yang kita serap di tahap ini menjadi landasan diri kita, dan meski kita tahu bahwa pengalaman hidup setiap orang berbeda, sehingga nilai dasar kehidupan yang diadopsinya pun memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang. Sayangnya kita seringkali melupakan hal ini dan hanya melihat nilai dasar dari defnisi kita dalam interaksi kita dengan orang lain, sehingga berpotensi konflik.
Yang terpenting pada masa ini adalah pembelajaran mengenai apa yang benar atau salah, baik atau buruk, dan seringkali konstruksi pemahaman tersebut menjadi acuan dalan kehidupan kita.
Contohnya, nilai kasih sayang bagi A berarti menyatakan dengan eksplisit sesering mungkin bahwa seseorang menyayanginya, karena begitulan si A dibesarkan dari keluarga yang ekspisit dan ekspresif mengutarakan dengan kata-kata. Sementara si B dibesarkan dari keluarga yang menganut bahwa kasih sayang itu tidak diungkapkan dengan kata-kata tapi lebih dengan perbuatan. Potensi konflik yang terjadi adalah apabila si A merasa si B tidak memberikan kasih sayang yang diinginkannya dan si A merasa tidak mengerti dengan B, padahal menurut B dia sudah memberikan kasih sayangnya dan tidak mengerti kenapa A meributkannya. Apa yang menurut anda bisa dilakukan A & B dalam konflik ini?
2. Periode Modeling atau peniruan.
Tahap ini terjadi antara usia 8 hingga 13 tahun. Kita mulai meniru orang sekitar kita, dari mulai orang tua dan juga orang orang yang berinteraksi dengan kita, termasuk teman sekolah dan guru. Saat kita membiarkan anak usia 8-13 tahun untuk menyerap informasi dari media baik media massa, mereka juga mulai meniru apa yang dilihat, didengar, maupun dilakukan. Pada periode ini biasanya seseorang mulai merasa terkesan terhadap apa yang dipelajarinya dari guru dan juga dari agamanya. Dan seringkali menganggap bahwa apa yang dipelajari dari guru di sekolahnya lebih valid daripada apa yang dia pelajari di rumah.
Contohnya, nilai kebebasan berekspresi. Seseorang yang tumbuh di era dimana kebabasan berekspresi dibatasi dan pemahaman di sekolah adalah hanya guru yang benar sehingga murid yang baik adalah murid yang diam dan menerima ajaran sepenuhnya tanpa pertanyaan, tentunya akan berbeda dengan seseorang yang tumbuh di lingkungan dimana ia didorong untuk bebas mengekspresikan pendapatnya. Apabila kedua orang ini nantinya bekerja sama, maka keduanya akan memiliki perilaku yang berbeda dalam aplikasi penyampaian pendapatnya dan tanpa pemahaman bahwa perilaku tersebut dibentuk seiring perkembangan diri dan lingkungannya, keduanya akan berdiri pada perspektif masing masing merasa caranya masing masing adalah yang paling benar.
3. Periode Socialization atau sosialiasi.
Periode ini terjadi di usia 13-21 tahun dimana kita dipengaruhi oleh teman teman sekitar kita. Semakin kita berkembang sebagai individu dan semakin kita melihat tahap awal pemrograman terjadi dalam diri kita, secara kecenderungan kita akan menuju orang orang yang kita sukai atau yang memiliki kemiripan dengan kita.
Pada periode ini, kita juga mulai mencari jati diri sebagai individu, dan pencarian ini sangat dipengaruhi oleh apa yang diperoleh dari dunia luar baik lewat pengalaman maupun lewat media terutama apabila sejalan dengan nilai nilai kelompok yang dianut oleh teman teman terdekat kita. Menurut Massey, periode pembentukan nilai inti pada seseorang berhenti di usia ini. Semakin matang kedewasaan seseorang maka nilai dirinya akan semakin jelas definisinya dan kriterianya. Seseorang akan mulai memahami apa yang membuatnya merasa cukup dan bahagia.
Contohnya, anak saya salah satu yang belakangan ini ngefans dengan lagu-lagunya blackpink. Agak anomali buat saya yang melihat dia hobi baca buku tiba-tiba jadi hobi joget joget dan nyanyi nyanyi. Usul punya usul, ada jeda dimana ia menemukan kebanggaan bagi dirinya bisa menghafalkan lagu rap versi korea ala blackpink. Disitu saya melihat nilai pencapaian yang dianutnya dan konsisten untuk diekspresikan lewat ragam medium dari mulai astronomi, cryptology, bahasa turki, dan sekarang kemampuan ngerap bahasa korea. Mungkin saya orangtua yang beruntung bisa melihat perspektif ini. Apakah saya takut bahwa Blackpink akan mengajarkan nilai berekspresi yang membuatnya jadi pakai rok mini? Untungnya saya percaya anak saya punya nilai kepatuhan pada norma agama dalam berpakaian yang begitu kuat (mungkin lebih kuat dari saya). Jadi saya bisa mendukungnya untuk nonton konser Blackpink karena saya yakin ia akan mengambil nilai yang baik untuk perkembangannya (dan memastikan saya hadir di sisinya untuk memberikan pemahaman saat ia membutuhkannya).
4. Periode Persona Profesional atau kepribadian berdasarkan pekerjaan.
Periode ini merupakan periode tambahan yang terjadi di usia 22 hingga 34 tahun, dimana seseorang mulai mengadopsi nilai nilai yang ada di tempatnya bekerja dan mengambil persona identifikasi diri serupa dengan lingkungannya. Di usia ini biasanya seseorang mendapatkan jati diri yang baru sebagai seorang yang dewasa dan mandiri, sehingga pada usia ini ia mulai memiliki definisi diri sebagai professional dan melekatkan jati dirinya pada profesi tertentu. Disini seseorang mulai belajar nilai nilai yang diperkenalkan di dunia kerja, seperti nilai profesionalisme dan nilai integritas.
Jadi...
Adalah wajar apabila orangtua memiliki kekhawatiran bilamana anak remajanya mulai ikut-ikutan Black Pink dengan gaya berpakaian dan perilakunya karena dianggapnya tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diinginkan orangtua untuk dianut anaknya. Akan tetapi, coba kita kembalikan terhadap terbentuknya nilai yang didapatkan dari pemahaman dan pembelajaran di pengalaman seseorang. Maka pertanyaannya untuk diri kita sebagai orang tua:
Nilai-nilai apa yang sudah kita ajarkan dan tanamkan untuknya sedari kecil? (harus diingat anak kecil belajar dari apa yang ditirunya oleh orangtua sebelum ia menirunya dari orang lain)
Nilai apa yang dimiliki oleh Shopee dan Black Pink? Nilai apa yang dimiliki oleh anak kita saat ini terkait itu? dan nilai apa yang dimiliki oleh kita terkait itu?
Apa yang bisa membuat perbedaan nilai menjadi pemahaman yang bisa dimengerti oleh anak?
Bagaimana mengantisipasi konflik karena perbedaan nilai yang mungkin terjadi di masa depan?
Jangan lupa, nilai itu bersifat relatif dan subjektif, pada saat kita memperkenalkan nilai ke anak, pastikan kita juga bersedia untuk melihat definisi nilai melalui perspektifnya tanpa mengatakan benar atau salah, baik atau buruk. Karena definisi ini sudah lewat terjadi pada anak usia 0-7 tahun.
Silakan mencoba dan berbagi Bersama 😊